Dipersembahkan dan Dimohonkan Berkat Thian
SUATU hari Cu He melapor. Di luar gerbang Lo Twan ada sorot cahaya
merah dan nampak tulisan, "Segera bersiaplah, sudah tiba waktumu Nabi
Khongcu, dinasti Ciu akan musnah, bintang sapu akan muncul, kerajaan
Chien akan bangkit dan terjadilah huru-hara. Kitab-kitab Suci akan
dimusnakan, tetapi ajaran mu tidak akan terputuskan."
Setelah melihat sendiri kejadian itu, maka disiapkan suatu altar untuk
upacara sembahyang. Kitab-kitab suci yang telah disusun itu diletakkan
di atas meja sembahyang.
Dikumpulkan semua murid-murid. Nabi memimpin mereka bersama menghadap
ke arah Bintang Utara melakukan sembahyang dan membongkokkan diri tiga
kali. Nabi lalu mengacungkan bulpen yang lebih dahulu telah dicelupkan
ke dalam tinta merah ke arah Bintang Utara, serta bersabda, "Kini telah
cukup Khiu menjalankan Firman THIAN bagi manusia, Khiu pun telah
menyelesaikan menyusun dan membukukan Kitab-Kitab Suci ini. Bila telah
tiba waktunya, Khiu telah bersedia kembali ke haribaan Tuhan Yang Maha
Esa."
Setelah selesai Nabi bersabda, maka nampak awan gelap di sebelah Utara,
yang tidak lama, kemudian berubah menjadi halimun putih, dan setelah
buyar halimun putih itu, tampaklah pelangi dengan ke lima warnanya yang
indah. Sungguh dalam kebajikan Tuhan berkenan.
* Sing Hing Tai Too
Sepenuh Iman Menempuh Jalan Suci Yang Besar
JALAN Suci itu tidak boleh terpisah biar sekejap pun. Yang boleh
terpisah itu bukan Jalan Suci. Maka seorang Kuncu hati-hati, teliti ke
pada Dia yang tidak kelihatan, khawatir takut kepada Dia yang tidak
terdengar itu. (Tiong Yong U 1- 2).
Tiada seorangpun yang tanpa makan dan minum, namun jarang yang mengetahui rasanya. (Tiong Yong III : 2).
Adapun sebabnya Jalan Suci itu tidak terlaksanakan, Aku sudah
mengetahui, yang pandai melampaui, sedang yang bodoh tidak dapat
mencapai. (Tiong Yong III 1- 1).
Negara-negara di dunia dapat dibagi-bagi, kedudukan tinggi dan gaji
besar dapat ditolak, mata senjata tajam dapat diinjak-injak, namun
hidup di dalam Tengah Sempurna belum tentu dapat dilaksanakan. (Tiong
Yong VIII).
Jalan Suci Ku itu satu tetapi menembusi semuanya. Jalan Suci Nabi itu ialah Satya dan Tepasarira.' (Lun Gi IV : 15')
Tiap hari aku memeriksa diri dalarn tiga hal: Sebagai manusia adakah
aku sampai berlaku tidak satria? Bergaul dengan kawan dan sahabat
adakah aku sampai berlaku tidak dapat dipercaya (tiada tepasarira)? Dan
adakah ajaran Nabi sampai tidak kulatili ? (Lun Gi I : 41)
Satya kepada Watak Sejati, Satya kepada Firman Tuhan: 'Yang di dalam
Watak Sejati ialah yang tidak bertambah oleh kebesaran dan tidak rusak
oleh kemiskinan; karena ialah yang kekal. Yang di dalam Watak Sejati
ialah Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan dan Kebijaksanaan. (Bingcu VII
A : 21).
Tepasarira, tenggang rasa; Apa yang diri sendiri tiada inginkan,
janganlah diberikan kepada orang lain (Lun Gi XII : 2). Seorang yang
berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka ia berusaha agar orang
lainpun tegak; ia ingin maju, maka ia berusaha agar orang lain-pun
maju. (Lun Gi VI : 20).**
sumber: pontianak post online